Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, Kami jadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatannya (yang buruk). Maka, mereka terombang-ambing (dalam kesesatan).
7 Iż qāla mūsā li‘ahlihī innī ānastu nārā(n), sa‘ātīkum minhā bikhabarin au ātīkum bisyihābin qabasil la‘allakum taṣṭalūn(a).
(Ingatlah) ketika Musa berkata kepada istrinya, “Sesungguhnya aku melihat api. Aku akan membawa kabar tentangnya kepadamu atau membawa suluh api (obor) agar kamu dapat menghangatkan badan (dekat api).”
8 Falammā jā‘ahā nūdiya am būrika man fin-nāri wa man ḥaulahā, wa subḥānallāhi rabbil-‘ālamīn(a).
Maka, ketika tiba di sana (tempat api itu), dia diseru, “Orang yang berada di dekat api dan orang yang berada di sekitarnya telah diberkahi. Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam.”
Lemparkanlah tongkatmu!” Ketika (tongkat itu dilemparkan) Musa melihatnya bergerak-gerak seperti seekor ular kecil yang gesit, berlarilah dia sambil berbalik ke belakang tanpa menoleh. (Allah pun berfirman,) “Wahai Musa, jangan takut! Sesungguhnya di hadapan-Ku para rasul tidak perlu takut,
11 Illā man ẓalama ṡumma baddala ḥusnam ba‘da sū‘in fa innī gafūrur raḥīm(un).
kecuali orang yang berlaku zalim yang kemudian mengganti keburukan(-nya) dengan kebaikan (bertobat). Sesungguhnya Aku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
12 Wa adkhil yadaka fī jaibika takhruj baiḍā‘a min gairi sū‘(in), fī tis‘i āyātin ilā fir‘auna wa qaumih(ī), innahum kānū qauman fāsiqīn(a).
Masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, ia akan keluar (dalam keadaan bercahaya) putih bukan karena cacat. (Kedua mukjizat ini) termasuk sembilan macam mukjizat (yang akan ditunjukkan) kepada Fir‘aun dan kaumnya. Sesungguhnya mereka benar-benar kaum yang fasik.”
14 Wa jaḥadū bihā wastaiqanathā anfusuhum ẓulmaw wa ‘uluwwā(n), fanẓur kaifa kāna ‘āqibatul-mufsidīn(a).
Mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan, padahal hati mereka meyakini (kebenaran)-nya. Perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan.
15 Wa laqad ātainā dāwūda wa sulaimāna ‘ilmā(n), wa qālal-ḥamdu lillāhil-lażī faḍḍalanā ‘alā kaṡīrim min ‘ibādihil-mu‘minīn(a).
Sungguh, Kami benar-benar telah menganugerahkan ilmu kepada Daud dan Sulaiman. Keduanya berkata, “Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami daripada kebanyakan hamba-hamba-Nya yang mukmin.”
16 Wa wariṡa sulaimānu dāwūda wa qāla yā ayyuhan-nāsu ‘ullimnā manṭiqaṭ-ṭairi wa ūtīnā min kulli syai‘(in), inna hāżā lahuwal-faḍlul-mubīn(u).
Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia (Sulaiman) berkata, “Wahai manusia, kami telah diajari (untuk memahami) bahasa burung dan kami dianugerahi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar karunia yang nyata.”
18 Ḥattā iżā atau ‘alā wādin-naml(i), qālat namlatuy yā ayyuhan-namludkhulū masākinakum, lā yaḥṭimannakum sulaimānu wa junūduhū wa hum lā yasy‘urūn(a).
hingga ketika sampai di lembah semut, ratu semut berkata, “Wahai para semut, masuklah ke dalam sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadarinya.”
19 Fatabassama ḍāḥikam min qaulihā wa qāla rabbi auzi‘nī an asykura ni‘matakal-latī an‘amta ‘alayya wa ‘alā wālidayya wa an a‘mala ṣāliḥan tarḍāhu wa adkhilnī biraḥmatika fī ‘ibādikaṣ-ṣāliḥīn(a).
Dia (Sulaiman) tersenyum seraya tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dia berdoa, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku (ilham dan kemampuan) untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan untuk tetap mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai. (Aku memohon pula) masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.”
22 Famakaṡa gaira ba‘īdin faqāla aḥaṭtu bimā lam tuḥiṭ bihī wa ji‘tuka min saba‘im binaba‘iy yaqīn(in).
Tidak lama kemudian (datanglah Hudhud), lalu ia berkata, “Aku telah mengetahui sesuatu yang belum engkau ketahui. Aku datang kepadamu dari negeri Saba’ membawa suatu berita penting yang meyakinkan (kebenarannya.)
23 Innī wajattumra‘atan tamlikuhum wa ūtiyat min kulli syai‘iw wa lahā ‘arsyun ‘aẓīm(un).
Sesungguhnya aku mendapati ada seorang perempuan yang memerintah mereka (penduduk negeri Saba’). Dia dianugerahi segala sesuatu dan memiliki singgasana yang besar.
24 Wajattuhā wa qaumahā yasjudūna lisy-syamsi min dūnillāhi wa zayyana lahumusy-syaiṭānu a‘mālahum fa ṣaddahum ‘anis-sabīli fahum lā yahtadūn(a).
Aku (burung Hudhud) mendapati dia dan kaumnya sedang menyembah matahari, bukan Allah. Setan telah menghiasi perbuatan-perbuatan (buruk itu agar terasa indah) bagi mereka sehingga menghalanginya dari jalan (Allah). Mereka tidak mendapat petunjuk.
25 Allā yasjudū lillāhil-lażī yukhrijul-khab‘a fis-samāwāti wal-arḍi wa ya‘lamu mā tukhfūna wa mā tu‘linūn(a).
Mereka (juga) tidak menyembah Allah yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan yang kamu nyatakan.
Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka. Kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan!”
Dia (Balqis) berkata, “Wahai para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini). Aku tidak pernah memutuskan suatu urusan sebelum kamu hadir (dalam majelisku).”
Mereka menjawab, “Kita memiliki kekuatan dan ketangkasan yang luar biasa (untuk berperang), tetapi keputusan berada di tanganmu. Maka, pertimbangkanlah apa yang akan engkau perintahkan.”
34 Qālat innal-mulūka iżā dakhalū qaryatan afsadūhā wa ja‘alū a‘izzata ahlihā ażillah(tan), wa każālika yaf‘alūn(a).
Dia (Balqis) berkata, “Sesungguhnya raja-raja apabila menaklukkan suatu negeri, mereka tentu membinasakannya dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina. Demikianlah yang mereka akan perbuat.
35 Wa innī mursilatun ilaihim bihadiyyatin fanāẓiratun bima yarji‘ul-mursalūn(a).
Sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah dan (aku) akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh para utusan itu.”
Ketika (para utusan itu) sampai kepada Sulaiman, dia berkata, “Apakah kamu akan memberi harta kepadaku (sebagai hadiah)? Apa yang Allah berikan kepadaku lebih baik daripada apa yang Allah berikan kepadamu, tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.
37 Irji‘ ilaihim falana‘tiyannahum bijunūdil lā qibala lahum bihā wa lanukhrijannahum minhā ażillataw wa hum ṣāgirūn(a).
Pulanglah kepada mereka (dengan membawa kembali hadiahmu)! Kami pasti akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang tidak mungkin dikalahkan. Kami pasti akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba’) dalam keadaan terhina lagi tunduk.”
39 Qāla ‘ifrītum minal-jinni ana atīka bihī qabla an taqūma mim maqāmik(a), wa innī ‘alaihi laqawiyyun amīn(un).
Ifrit dari golongan jin berkata, “Akulah yang akan membawanya kepadamu sebelum engkau berdiri dari singgasanamu. Sesungguhnya aku benar-benar kuat lagi dapat dipercaya.”
40 Qālal-lażī ‘indahū ‘ilmum minal-kitābi ana ātīka bihī qabla ay yartadda ilaika ṭarfuk(a), falammā ra‘āhu mustaqirran ‘indahū qāla hāżā min faḍli rabbī, liyabluwanī a‘asykuru am akfur(u), wa man syakara fa‘innamā yasykuru linafsih(ī), wa man kafara fa‘inna rabbī ganiyyun karīm(un).
Seorang yang mempunyai ilmu dari kitab suci berkata, “Aku akan mendatangimu dengan membawa (singgasana) itu sebelum matamu berkedip.” Ketika dia (Sulaiman) melihat (singgasana) itu ada di hadapannya, dia pun berkata, “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau berbuat kufur. Siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Siapa yang berbuat kufur, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia.”
42 Falammā jā‘at qīla ahakażā ‘arsyuk(i), qālat ka‘annahū huw(a), wa ūtīnal-‘ilma min qablihā wa kunnā muslimīn(a).
Ketika dia (Balqis) datang, ditanyakanlah (kepadanya), “Serupa inikah singgasanamu?” Dia (Balqis) menjawab, “Sepertinya ya. Kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).”
44 Qīla lahadkhuliṣ-ṣarḥ(a), falammā ra‘athu ḥasibathu lujjataw wa kasyafat ‘an sāqaihā, qāla innahū ṣarḥum mumarradum min qawārīr(a), qālat rabbi innī ẓalamtu nafsī wa aslamtu ma‘a sulaimāna lillāhi rabbil-‘ālamīn(a).
Dikatakan kepadanya (Balqis), “Masuklah ke istana.” Ketika dia (Balqis) melihat (lantai istana) itu, dia menyangkanya kolam air yang besar. Dia menyingkapkan (gaun yang menutupi) kedua betisnya. Dia (Sulaiman) berkata, “Sesungguhnya ini hanyalah lantai licin (berkilap) yang terbuat dari kaca.” Dia (Balqis) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku. Aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.”
Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus kepada (kaum) Samud saudara mereka (sesuku), yaitu Saleh (yang menyeru), “Sembahlah Allah!” Tiba-tiba mereka (menjadi) dua golongan yang bermusuhan.
46 Qāla yā qaumi lima tasta‘jilūna bis-sayyi‘ati qablal-ḥasanah(ti), lau lā tastagfirūnallāha la‘allakum turḥamūn(a).
Dia (Saleh) berkata, “Wahai kaumku, mengapa kamu meminta disegerakan keburukan (azab) sebelum (meminta) kebaikan (rahmat)? Mengapa kamu tidak memohon ampunan kepada Allah agar kamu dirahmati?”
47 Qāluṭ ṭayyarnā bika wa bimam ma‘ak(a), qāla ṭā‘irukum ‘indallāhi bal antum qaumun tuftanūn(a).
Mereka menjawab, “Kami bernasib malang karena engkau dan orang-orang yang bersamamu.” Dia (Saleh) berkata, “Nasibmu (malang atau tidak ditetapkan) di sisi Allah (bukan karena kami). Kamu adalah kaum yang sedang diuji.”
49 Qālū taqāsamū billāhi lanubayyitannahū wa ahlahū ṡumma lanaqūlanna liwaliyyihī mā syahidnā mahlika ahlihī wa innā laṣādiqūn(a).
Mereka berkata, “Bersumpahlah kamu masing-masing dengan (nama) Allah bahwa kita pasti akan menyerang dia (Saleh) bersama keluarganya pada malam hari. Kemudian, kita akan mengatakan kepada ahli warisnya (bahwa) kita tidak menyaksikan kebinasaan keluarganya itu. Sesungguhnya kita adalah orang-orang yang benar.”
Itulah rumah-rumah mereka yang kosong (sebagai bukti bahwa mereka binasa) akibat kezaliman mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengetahui.
56 Famā kāna jawāba qaumihī illā an qālū akhrijū āla lūṭim min qaryatikum, innahum unāsuy yataṭahharūn(a).
Jawaban kaumnya tidak lain hanya dengan mengatakan, “Usirlah Lut dan pengikutnya dari negerimu! Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu menyucikan diri (dari perbuatan keji).”
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Segala puji bagi Allah dan salam sejahtera atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik ataukah apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya)?”
60 Am man khalaqas-samāwāti wal-arḍa wa anzala minas-samā‘i mā‘an fa ambatnā bihī ḥadā‘iqa żāta bahjah(tin), mā kāna lakum an tumbitū syajarahā, a‘ilāhum ma‘allāh(i), bal hum qaumuy ya‘dilūn(a).
Apakah (yang kamu sekutukan itu lebih baik ataukah) Zat yang menciptakan langit dan bumi serta yang menurunkan air dari langit untukmu, lalu Kami menumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah (yang) kamu tidak akan mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah ada tuhan (lain) bersama Allah? Sebenarnya mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran).
61 Am man ja‘alal-arḍa qarāraw wa ja‘ala khilālahā anhāraw wa ja‘ala lahā rawāsiya wa ja‘ala bainal-baḥraini ḥājizā(n), a‘ilāhum ma‘allāh(i), bal akṡaruhum lā ya‘lamūn(a).
Apakah (yang kamu sekutukan itu lebih baik ataukah) Zat yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, menjadikan gunung-gunung untuk (mengukuhkan)-nya, dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah ada tuhan (lain) bersama Allah? Sebenarnya kebanyakan mereka tidak mengetahui.
62 Am may yujībul-muḍṭarra iżā da‘āhu wa yaksyifus-sū‘a wa yaj‘alukum khulafā‘a fil-arḍ(i), a‘ilāhum ma‘allāh(i), qalīlam mā tażakkarūn(a).
Apakah (yang kamu sekutukan itu lebih baik ataukah) Zat yang mengabulkan (doa) orang yang berada dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, menghilangkan kesusahan, dan menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah (pemimpin) di bumi? Apakah ada tuhan (lain) bersama Allah? Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat.
63 Am may yahdīkum fī ẓulumātil-barri wal-baḥri wa may yursilur-riyāḥa busyram baina yadai raḥmatih(ī), a‘ilāhum ma‘allāh(i), ta‘ālallāhu ‘ammā yusyrikūn(a).
Apakah (yang kamu sekutukan itu lebih baik ataukah) Zat yang memberi petunjuk kepadamu dalam kegelapan darat dan laut serta yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya? Apakah ada tuhan (lain) bersama Allah? Mahatinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan.
64 Am may yabda‘ul-khalqa ṡumma yu‘īduhū wa may yarzuqukum minas-samā‘i wal-arḍ(i), a‘ilāhum ma‘allāh(i), qul hātū burhānakum in kuntum ṣādiqīn(a).
Apakah (yang kamu sekutukan itu lebih baik ataukah) Zat yang menciptakan (makhluk) dari permulaannya kemudian mengulanginya (lagi) dan yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah ada tuhan (lain) bersama Allah? Katakanlah, “Kemukakanlah bukti kebenaranmu jika kamu orang-orang benar.”
65 Qul lā ya‘lamu man fis-samāwāti wal-arḍil gaiba illallāh(u), wa mā yasy‘urūna ayyāna yub‘aṡūn(a).
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Tidak ada siapa pun di langit dan di bumi yang mengetahui sesuatu yang gaib selain Allah. Mereka juga tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan.”
67 Wa qālal-lażīna kafarū a‘iżā kunnā turābaw wa ābā‘unā a‘innā lamukhrajūn(a).
Orang-orang yang kufur berkata, “Setelah kami menjadi tanah dan (begitu pula) nenek moyang kami, apakah benar sesungguhnya kami akan dikeluarkan (dari kubur)?
68 Laqad wu‘idnā hāżā naḥnu wa ābā‘unā min qabl(u), in hāżā illā asāṭīrul-awwalīn(a).
Sebelumnya kami telah diberi ancaman dengan (hari Kebangkitan) ini dan (begitu pula) nenek moyang kami sebelumnya. Sebenarnya ini hanyalah dongengan orang-orang terdahulu.”
81 Wa mā anta bihādil-‘umyi ‘an ḍalālatihim, in tusmi‘u illā may yu‘minu bi‘āyātinā fahum muslimūn(a).
Engkau bukanlah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang buta (mata hatinya) dari kesesatannya. Engkau tidak dapat menjadikan (seorang pun) mendengar, kecuali orang yang beriman pada ayat-ayat Kami dan mereka berserah diri.
Apabila perkataan (ketentuan masa kehancuran alam) telah berlaku atas mereka, Kami mengeluarkan makhluk bergerak dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka bahwa manusia selama ini tidak yakin pada ayat-ayat Kami.
83 Wa yauma naḥsyuru min kulli ummatin faujam mimmay yukażżibu bi‘āyātinā fahum yūza‘ūn(a).
(Ingatlah) pada hari (ketika) Kami mengumpulkan segolongan orang dari setiap umat, yaitu mereka yang mendustakan ayat-ayat Kami, lalu mereka dibagi-bagi (dalam kelompok).
Sehingga, apabila mereka datang, Dia (Allah) berfirman, “Mengapa kamu mendustakan ayat-ayat-Ku, padahal kamu tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang itu atau (jika tidak mendustakannya), apa yang selalu kamu lakukan?”
Apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Kami telah menciptakan malam agar mereka beristirahat padanya dan (menciptakan) siang yang terang-benderang? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum beriman.
87 Wa yauma yunfakhu fiṣ-ṣūri fa fazi‘a man fis-samāwāti wa man fil-arḍi illā man syā‘allāh(u), wa kullun atauhu dākhirīn(a).
(Ingatlah) pada hari (ketika) sangkakala ditiup sehingga terkejutlah semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi, kecuali yang Allah kehendaki. Semuanya datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri.
88 Wa taral-jibāla taḥsabuhā jāmidataw wa hiya tamurru marras saḥāb(i), ṣun‘allāhil-lażī atqana kulla syai‘(in), innahū khabīrum bimā taf‘alūn(a).
Engkau akan melihat gunung-gunung yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia berjalan seperti jalannya awan. (Demikianlah) penciptaan Allah menjadikan segala sesuatu dengan sempurna. Sesungguhnya Dia Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
89 Man jā‘a bil-ḥasanati falahū khairum minhā, wa hum min faza‘iy yauma‘iżin āminūn(a).
Siapa yang datang membawa kebaikan, maka dia memperoleh (balasan) yang lebih baik daripadanya dan mereka merasa aman dari kejutan (yang dahsyat) pada hari itu.
90 Wa man jā‘a bis-sayyi‘ati fakubbat wujūhuhum fin-nār(i), hal tujzauna illā mā kuntum ta‘malūn(a).
Siapa yang datang membawa kejahatan, maka disungkurkanlah wajah mereka ke dalam neraka. Apakah kamu diberi balasan selain (yang setimpal) dengan apa yang telah kamu kerjakan?
91 Innamā umirtu an a‘buda rabba hāżihil-baldatil-lażī ḥarramahā wa lahū kullu syai‘iw wa umirtu an akūna minal-muslimīn(a).
Sesungguhnya aku (Nabi Muhammad) hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini (Makkah) yang telah menjadikannya suci dan memiliki segala sesuatu. Aku diperintahkan agar masuk ke dalam golongan orang-orang muslim.
92 Wa an atluwal-qur‘ān(a), famanihtadā fa‘innamā yahtadī linafsih(ī), wa man ḍalla faqul innamā ana minal-munżirīn(a).
(Aku juga hanya diperintahkan) agar membacakan Al-Qur’an (kepada manusia). Maka, siapa yang mendapat petunjuk, sesungguhnya dia mendapatkannya untuk (kebaikan) dirinya. Siapa yang sesat, maka katakanlah, “Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan.”
93 Wa qulil-ḥamdu lillāhi sayurīkum āyātihī fata‘rifūnahā, wa mā rabbuka bigāfilin ‘ammā ta‘malūn(a).
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Segala puji bagi Allah. Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kebesaran)-Nya sehingga kamu akan mengetahuinya. Tuhanmu tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.”