5 Wakhtilāfil-laili wan-nahāri wa mā anzalallāhu minas-samā‘i mir rizqin fa aḥyā bihil-arḍa ba‘da mautihā wa taṣrīfir-riyāḥi āyātul liqaumiy ya‘qilūn(a).
(Pada) pergantian malam dan siang serta rezeki yang diturunkan Allah dari langit, lalu dihidupsuburkannya bumi (dengan air hujan) sesudah matinya, dan pada perkisaran angin terdapat (pula) tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mengerti.
yang mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya, kemudian dia tetap menyombongkan diri seakan-akan tidak mendengarnya. Peringatkanlah dia (wahai Nabi Muhammad) dengan azab yang amat pedih.
10 Miw warā‘ihim jahannam(u), wa lā yugnī ‘anhum mā kasabū syai‘aw wa lā mattakhażū min dūnillāhi auliyā‘(a), wa lahum ‘ażābun ‘aẓīm(un).
Di hadapan mereka ada (neraka) Jahanam. Tidak akan berguna sedikit pun bagi mereka apa yang telah mereka kerjakan dan tidak (pula bermanfaat) apa yang mereka jadikan sebagai sesembahan selain Allah. Bagi mereka azab yang sangat berat.
12 Allāhul-lażī sakhkhara lakumul-baḥra litajriyal-fulku fīhi bi‘amrihī wa litabtagū min faḍlihī wa la‘allakum tasykurūn(a).
Allahlah yang telah menundukkan laut untukmu agar kapal-kapal dapat berlayar di atasnya dengan perintah-Nya, agar kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur.
13 Wa sakhkhara lakum mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍi jamī‘am minh(u), inna fī żālika la‘āyātil liqaumiy yatafakkarūn(a).
Dia telah menundukkan (pula) untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.
Katakanlah (Nabi Muhammad) kepada orang-orang yang beriman, hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tidak mengharapkan akan hari-hari (pembalasan) Allah karena Dia akan memberi ganjaran kepada suatu kaum atas apa yang telah mereka usahakan.
15 Man ‘amila ṣāliḥan fa linafsih(ī), wa man asā‘a fa ‘alaihā, ṡumma ilā rabbikum turja‘ūn(a).
Siapa yang mengerjakan amal saleh, itu untuk dirinya sendiri dan siapa yang berbuat keburukan, itu akan menimpa dirinya sendiri. Kemudian, hanya kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan.
16 Wa laqad ātainā banī isrā‘īlal-kitāba wal-ḥukma wan-nubuwwata wa razaqnāhum minaṭ-ṭayyibāti wa faḍḍalnāhum ‘alal-‘ālamīn(a).
Sungguh, Kami benar-benar telah menganugerahkan kepada Bani Israil kitab suci, hukum, dan kenabian. Kami pun telah menganugerahkan kepada mereka rezeki yang baik dan Kami lebihkan mereka atas semua umat yang lain di alam ini (pada masa itu).
Kami telah menganugerahkan pula kepada mereka keterangan-keterangan yang jelas tentang urusan (agama). Maka, mereka tidak berselisih, kecuali setelah datang ilmu kepada mereka karena kedengkian di antara mereka. Sesungguhnya Tuhanmu akan memutuskan di antara mereka pada hari Kiamat apa yang selalu mereka perselisihkan.
Kemudian, Kami jadikan engkau (Nabi Muhammad) mengikuti syariat dari urusan (agama) itu. Maka, ikutilah ia (syariat itu) dan janganlah engkau ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.
Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat menghindarkan engkau sedikit pun dari (azab) Allah. Sesungguhnya orang-orang zalim itu sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Adapun Allah adalah pelindung orang-orang bertakwa.
21 Am ḥasibal-lażīnajtaraḥus -sayyi‘āti an naj‘alahum kal-lażīna āmanū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti sawā‘am maḥyāhum wa mamātuhum, sā‘a mā yaḥkumūn(a).
Apakah orang-orang yang melakukan keburukan itu mengira bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, yaitu sama kehidupan dan kematian mereka? Alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.
22 Wa khalaqallāhus-samāwāti wal-arḍa bil-ḥaqqi wa litujzā kullu nafsim bimā kasabat wa hum lā yuẓlamūn(a).
Allah menciptakan langit dan bumi dengan hak dan agar setiap jiwa diberi balasan (setimpal) dengan apa yang diusahakan serta mereka tidak akan dizalimi.
23 Afa ra‘aita manittakhaża ilāhahū hawāhu wa aḍallahullāhu ‘alā ‘ilmiw wa khatama ‘alā sam‘ihī wa qalbihī wa ja‘ala ‘alā baṣarihī gisyāwah(tan), famay yahdīhi mim ba‘dillāh(i), afalā tażakkarūn(a).
Tahukah kamu (Nabi Muhammad), orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan dibiarkan sesat oleh Allah dengan pengetahuan-Nya, Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya, siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)? Apakah kamu (wahai manusia) tidak mengambil pelajaran?
24 Wa qālū mā hiya illā ḥayātunad-dun-yā namūtu wa naḥyā wa mā yuhlikunā illad-dahr(u), wa mā lahum biżālika min ‘ilmin in hum illā yaẓunnūn(a).
Mereka berkata, “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.” Padahal, mereka tidak mempunyai ilmu (sama sekali) tentang itu. Mereka hanyalah menduga-duga.
25 Wa iżā tutlā ‘alaihim āyātunā bayyinātim mā kāna ḥujjatahum illā an qālu‘tū bi‘ābā‘inā in kuntum ṣādiqīn(a).
Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang jelas, tidak ada bantahan mereka, kecuali mengatakan, “Hidupkanlah kembali nenek moyang kami jika kamu adalah orang-orang benar.”
Katakanlah, “Allah menghidupkan kamu lalu mematikan kamu kemudian mengumpulkan kamu pada hari Kiamat yang tidak ada keraguan tentangnya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
(Pada hari itu) engkau akan melihat setiap umat berlutut. Setiap umat dipanggil untuk (melihat) buku (catatan amal)-nya. Pada hari itu kamu diberi balasan atas apa yang telah kamu kerjakan.
(Allah berfirman,) “Inilah Kitab (catatan) Kami yang menuturkan kepadamu dengan hak. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan.”
31 Wa ammal-lażīna kafarū, falam takun āyātī tutlā ‘alaikum fastakbartum wa kuntum qaumam mujrimīn(a).
Adapun orang-orang yang kufur (dikatakan kepada mereka,) “Bukankah ayat-ayat-Ku telah dibacakan kepadamu, lalu kamu menyombongkan diri dan menjadi kaum pendurhaka?”
32 Wa iżā qīla inna wa‘dallāhi ḥaqquw was-sā‘atu lā raiba fīhā qultum mā nadrī mas-sā‘ah(tu), in naẓunnu illā ẓannaw wa mā naḥnu bimustaiqinīn(a).
Apabila dikatakan (kepadamu), “Sesungguhnya janji Allah itu hak dan hari Kiamat itu tidak ada keraguan tentangnya,” kamu menjawab, “Kami tidak tahu apakah hari Kiamat itu, kami hanyalah menduga-duga, dan kami tidak berupaya meyakininya.”
33 Wa badā lahum sayyi‘ātu mā ‘amilū wa ḥāqa bihim mā kānū bihī yastahzi‘ūn(a).
Tampak nyatalah kepada mereka keburukan-keburukan apa yang mereka kerjakan dan berlakulah terhadap mereka apa (azab) yang dahulu selalu mereka perolok-olokkan.
34 Wa qīlal-yauma nansākum kamā nasītum liqā‘a yaumikum hāżā, wa ma‘wākumun nāru wa mā lakum min nāṣirīn(a).
(Kepada mereka) dikatakan, “Pada hari ini Kami melupakan kamu sebagaimana kamu telah melupakan pertemuan (dengan) harimu ini. Tempat kembalimu hanyalah neraka dan sama sekali tidak ada penolong bagimu.
35 Żālikum bi‘annakumuttakhażtum āyātillāhi huzuwaw wa garratkumul-ḥayātud-dun-yā, fal-yauma lā yukhrajūna minhā wa lā hum yusta‘tabūn(a).
Yang demikian itu (terjadi) karena sesungguhnya kamu telah menjadikan ayat-ayat Allah sebagai (bahan) olok-olok dan kamu telah diperdaya oleh kehidupan dunia.” Maka, pada hari ini mereka tidak dikeluarkan darinya (neraka) dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertobat.